Senin, 03 Oktober 2011

Askep Urolithiasis


KONSEP DASAR urolithiasis

Pengertian
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
a.         Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.

b.         Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

c.         Faktor lain
a)         Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.

b)        Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing.

c)         Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1

d)        Ras
Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e)         Keturunan
Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai kesempatan

f)         Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.

g)        Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.

h)        Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.

i)          Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli dan Urethra).

Patogenesis
Sebagian besar Batu Saluran Kencing adalah idiopatik, bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.

Teori Terbentuknya Batu
a.         Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b.         Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c.         Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d.        Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

PENGKAJIAN DATA DASAR
1.         Riwayat atau adanya faktor resiko
a.         Perubahan metabolik atau diet
b.         Imobilitas lama
c.         Masukan cairan tak adekuat
d.        Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya
e.         Riwayat keluarga dengan pembentukan batu

2.         Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan :
a.         Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b.         Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c.         Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal

3.         Pemeriksaan Diagnostik
a.         Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b.         Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c.         Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d.        Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e.         IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f.          Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g.         USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

Penatalaksanaan
a.         Menghilangkan Obstruksi
b.         Mengobati Infeksi
c.         Menghilangkan rasa nyeri
d.        Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.
Komplikasi
a.         Obstruksi Ginjal
b.         Perdarahan
c.         Infeksi
d.        Hidronefrosis

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.         Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2.         Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.
3.         Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
4.         Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

POST OPERASI TUTUP KOLOSTOMI


Post operasi tutup kolostomi merupakan suatu rangkaian tindakan pembedahan pada post kolostomi sementara.

Perjalanan dan riwayat tindakan.
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon, kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon (asecenden, transversum dan sigmoid). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen. Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara , sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.

Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan .

Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
  1. Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
  2. Double barreled, biasanya meliputi  kolon transversum. Kedua ujung dari kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma. Stoma distal  hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
  3. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod. Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada klien dengan post kolostomi:
-          Irigasi diperlukan untuk mengatur defekasi
-          Pembersihan usus diperlukan sebelum pemeriksaan kontras barium saluran GI.

Rencana Keperawatan terintegrasi:
  1. Perawatan pascaoperasi
  2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
  3. Terapi intra vena
  4. Imobilitas
  5. Nyeri.

Pengkajian Data Dasar
  1. Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi:
-          Keadaan luka: tanda kemerahan, pengeluaran cairan
-          Adanya pembengkakan dan menutup sempurna
  1. Pemeriksaan daerah rektum:
-          Pengeluaran feses
  1. Kecemasan
  2. Nyeri
Diangosa keperawatan
  1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan skunder operasi penutupan kolostomi
  2. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum
  3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan .

Intervensi

Diagonsa: Nyeri berhubungan dengan perlukaan skunder operasi penutupan kolostomi

Tanda-tanda
Subyektif:
-          Mengungkapkan ketidaknyamanan, dan nyeri daerah perut.
Obyektif:
-          Merintih, menangis
-          Melindungi sisi nyeri.
-          Nadi meningkat
Kriteria evaluasi:
-          Mengungkapkan tidak ada nyeri
-          Tidak merintih, menangis
-          Ekspresi wajah rileks

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji keluhan dan derajat nyeri



2.      Motivasi untuk melakukan teknik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian

3.      Hindari sentuhan seminimsl mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri

4.      Pertahankan puasa

4. Berikan analgetik sesuai dengan program medis.
Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri sehingga memudahkan dalan memberi tindakan.

Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi rangsangan nyeri


Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri

Untuk mengistirahatkan usus.

Analgesik membantu memblok jaras nyeri.

Diagnosa : Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rektum
Tanda-tanda:
Subyektif:
-          Mengeluh takut kalau anusnya tidak bisa berfungsi normal
-          Melaporkan perasaan gugup
Obyektif:
-          Ekspresi wajah tegang
-          Nadi meningkat.
Kritria evaluasi:
-          Ekspresi wajah rileks
-           Cemas dan gugup berkurang
-          Mengungkapkan pemahaman tentang proses pemulihan fungsi rektum.

INTERVENSI
RASIONAL
1.   Jelaskan proses pemulihan fungsi anus secara bertahap dan butuh waktu agak lama.
2.   Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikann dorongan urtuk bertanya.
3.   Libatkan keluargan dalam setiap tindakan.
Pemahaman dapat mengurangi kecemasan


Dengan kondisi tenang akan lebih memudahakan pemahaman.

Dengan keterlibatan keluarga akan memberi perhatian yang lebih bagi klien.


Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen
Tanda-tanda
Subyektif:
-          Mengeluh deman
-          Mengekuh nyeri
-          Mengeluh kaku
Obyektif:
-          SDP > 10.000/mm3
-          Suhu > 37,2
Kriteria evaluasi:
-          Suhu < 37,2
-          SDP < 10.000/mm3
-          Tidak terdapat tanda-tanda radang: panas, kemerahan, bengkak, kekakuan daerah perut.

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Pantau hasil:
-          Hasil SDP
-          Suhu tiap 4 jam

2.      Implementasikan tindakan untuk mencegah infeksi:
-          Rawat luka dengan teknik steril
-          Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari
-          Tingkatan nutrisi dengan diet TKTP
-          Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.

3.      Berikan antibiotika sesuai program medis.

4. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak, nyeri, kekakuan.
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan



Teknik steril untuk pencegahan pemindahan kuman. Dan cairan untuk memperlancar pengeluaran . Sedangkan nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat pertumbuhan jaringan.



Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman patogen.

Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

Perawatan Payudara

 1.         Konsep tentang Payudara Selama Kehamilan

Pembesaran, peningkatan sensitivitas, padat dan dada terasa padat merupakan tanda awal dari  kehamilan, sebagai respon dari terhadap peningkatan estrogen dan progesteron.  Tanda diatas merupakan tanda presumtif dari kehamilan.  Tarjadinya  perubahan sensitivitas berkisar dari rasa tegang hingga nyeri.  Puting dan areola menjadi hiperpigmentasi  dan puting  menjadi lebih tegang dan menonjol (Lowdermilk, 1995 hal 193). Pembesaran dari kelenjar sebaseus  terbanyak di daerah areola yang disebut dengan Montgomery’s tubercles. Yang melingkar  disekitar areola.  Kelenjar ini mempertahankan puting tetap basah sebagai lubrikasi selama minum ASI.  Kelembutan dari nipple akan terancam jika puting susu dibersihkan dengan sabun.

Selama kehamilan trimester kedua hingga ketiga  perkembangan kelenjar mama akan progresiif yang menyebabkan payudara membesar  lebih cepat. Kadar hormon  luteal dan  plasenta  akan  terjadinya proliferasi dari kelenjar ductus lactiferus dan jaringan lobus alveoral. Sehingga pada palpasi payudara secara umum ditemukan nodul yang agak keras. Pengembangan jaringan connective  menyebabkan terjadinya jaringan menjadi lembut dan  longgar.  Meskipun  perkembangan mamae sudah sempurna pada pertengahan masa kehamilan, namun laktasi  tetap terhambat hingga penurunan kadar estrogen pada saat menjelang kelahiran. Pada saat itu akan dijumpai  kondisi mamae yang kulitnya tipis, tranparan, dan mengeluarkan materi yang agak kental ( pre kolestrum ). Prekolstrum ini sudah bisa  ditemukan dalam sel asini  pada bulan ketiga dari kehamilan.

Colestrum merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan dan oranye yang merupakan bentuk mula dari ASI.

2.         Pengertian Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu  kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan  payudara waktu hamil dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum


3.         Manfaat Perawatan Payudara Selama Hamil

Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara  sebelum terjadi laktas. Jika  persipan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran puting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan  ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya.

4.         Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara

Berbagai dampak negatif dapat tibul jika tidak dilakukan perawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
  1. Puting susu mendelep
  2. Anak susah menyusui
  3. ASI lama keluar
  4. Produksi ASI  terbatas
  5. Pembengkakan pada payudara
  6. Payudara meradang
  7. Payudara kotor
  8. Ibu belum siap menyusui
  9.  Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.

5.         Persiapan untuk perawatan payudara selama hamil.


    1. .Persipan Alat :
    2. Minyak kelapa .
   3.  Kapas
   4. Handuk.
   5. Waslap.
   6. Air dalam kom .

6.         Cara perawatan payudara:

    1.  Kompres puting susu dengan kapas minyak 2 menit untuk  melemaskan sekaligus mengangkat kotoran pada puting susu
    2.  Bersihkan  saluran air susu pada puting susu dengan kapas lembab.
    3. Tarik puting kedua puting susu bersama-sama,dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali .
            4. Untuk puting susu datar atau masuk kedalam dengan jari telunjuk dan ibu jari mengurut daerah sekitar puting susu kearah berlawanan merata.
            5. Basahi kedua telapak tangan dengan minyak , tarik kedua putting susu bersama-sama dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak 20 kali.
            6. Puting susu dirangsang dengan ujung waslap handuk kering yang digerakkan keatas dan kebawah.