Selasa, 14 Juni 2011

menangani pasien ketoasidosis diabetik


LANDASAN TEORY
DIABETIK KETOASIDOSIS


A.    DEFINISI  :
Diabetik Ketoasidosis adalah asidosis metabolik akibat akumulasi benda keton pada diabetes melitus tak terkontrol.

B.     ETIOLOGI  :
-          Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
-          Keadaan  sakit  atau infeksi
-          Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

C.    TUJUAN :
   Untuk mencegah dehidrasi, kekurangan elektrolit serta asidosis  pada pasien diabetik ketoasidosis.

D.    PATOFISIOLOGI :
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.


E.     MANIFESTASI KLINIS :
Hiperglikemia, penglihatan kabur, poliuria dan polidipsia, kelemahan, sakit kepala , dehidrasi, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, serta nafas aseton.


F.     NILAI LABORATORIUM :
Kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl (16,6 hingga 44,4 mmol/L).
  • Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.
  • Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa darah yang berkisar dari 100 hingga 200 mg/dl (5,5 hingga 11,1 mmol/L), sementara sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetik sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400 hingga 500 mg/dl (22,2 hingga 27,7 mmol/L).
  • Bukti adanya ketoasidosis dicerminkan oleh kadar Bikarbonat serum yang rendah (0 hingga 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8 hingga 7,3).

G.    TERAPI :
Terapi ketoasidosis diabetik diarahkan pada perbaikan tiga permasalahan utama : Dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis.

H.    PENANGANAN PASIEN KETOASIDOSIS DIABETIK :
1.      Dehidrasi :
·         Pada mulanya larutan saline 0,9%NACl. diberikan dengan kecepatan yang sangat tinggi (biasanya 0,5 – 1 L/ jam selama 2 hingga 3 jam ).
·         Setelah beberapa jam pertama, larutan normal saline 45% merupakan cairan infus pilihan untuk terapi dehidrasi selama tekanan darah pasien tetap stabil dan kadar natriumnya tidak terlalu rendah.
·         Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200 – 500ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam berikutnya.
·         Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital.(termasuk memantau  perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekwensi jantung ).
·         Lakukan pengkajian paru dan pemantauan asupan serta haluaran cairan.

2.      Kehilangan elektrolit :
·         Lakukan pemantauan kalium  sesering mungkin.
·         Lakukan penggantian kalium dengan hati – hati serta tepat waktu .(tindakan ini penting untuk menghindari gangguan irama jantung berat yang dapat terjadi pada hipokalemia).
·         Tambahkan kalium sampai 40mEq/jam kedalam cairan infus. (pemberian kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium dalam plasma tetap normal).
·         Setelah diabetes ketoasidosis teratasi, kurangi kecepatan cairan.
·         Pembacaan hasil EKG dan pengukuran kadar kalium yang sering (pada awalnya setiap  2 hingga 4 jam sekali) diperlukan selama 8 jam pertama terapi.


3.      Asidosis
·         Lakukan pemberian insulin melalui infus dengan kecepatan lambat tapi kontinu. (misal,5 unit/jam).
·         Ukur kadar glukosa darah setiap jam.
·         Tambahkan Dekstrosa kedalam cairan infus (misalnya D5NS atau D5 45NS) bila kadar glukosa mencapai 250  - 300 mg/dl (13,8 – 16,6 mmol/L) untuk menghindari penurunan kadar gula darah yang terlalu cepat.
·         Pemberian infus insulin sebaiknya dilakukan terpisah dari larutan rehidrasi lain untuk memungkinkan pengubahan kecepatan dan isi larutan rehidrasi dengan sering.


Catatan :

-          Ketika mencampur  larutan infus insulin, kita harus terlebih dahulu mengalirkan larutan insulin   melewati seluruh set infus dan membuang  50 ml cairan  yang pertama.
-          Yang  perlu diperhatikan adalah bahwa insulin IV harus diberikan melalui infus secara berkesinambungan sampai pemberian insulin subkutan dapat  dimulai kembali.


I.       PENCEGAHAN DAN PENDIDIKAN :
-          Mengajarkan kepada pasien untuk tidak mengurangi dosis insulin ketika terjadi mual dan muntah.
-          Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah sedikit tetapi sering.
-          Minum cairan setiap jam.
-          Kadar glukosa darah dan keton harus dikaji setiap 3 hingga 4 jam.






















DAFTAR PUSTAKA

-         Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Edisi 8, Jakarta, EGC.
-         A. Aziz Alimul Hidayah S.kp, DKK. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan I, 2004, Jakarta, EGC.
-         Kamus saku kedokteran DORLAND




Tidak ada komentar:

Posting Komentar