Selasa, 14 Juni 2011

perawatan terminal illness


BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


Kematian sebagai wujud kehilangan kehidupan dan abadi sifatnya , baik bagi yang tengah menjalani proses kematian maupun bagi yang ditinggalkan . kematian ini dapat bermakna berbeda bagi setiap orang. Wolf (1989:754) mengemukakan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan dan hak untuk meninggal secara damai dan nyaman, dan perawat dapat menyediakan bantuan keperawatan yang memungkinkan seseorang untuk meninggal secara damai menurut jalannya. Pengalaman dan Kesadaran seseorang dalam menjalani proses kematian (NDEs & NDAs). Dalam konteks kondisi terminal, mengalami dekat kematian, NDEs ( Near Death Experience ) merupakan pengalaman yang dirasakan sejalan dengan perubahan kondisi fisik yang dialami,sedangkan mengalami dekat kesadaran kematian , NDAs (Near death Awareness) merupakan pengalaman yang signifikan menjelang kematian, dapat terjadi tanpa disertai perubahan kondisi fisik,berfungsi untuk menyiapkan diri menghadapi kematian, dan dialami bila pasien dalam kondisi sadar penuh
Pada proses ini :
1.    Secara sadar yang bersangkutan meriviu pengalaman hidupnya secara mendetil , hal yang menjadi minat utamanya, dan bila memungkinkan berupaya terlibat dalam aktifitas itu.
2.    Yang bersangkutan mengidentifikasi apa yang selama ini telah dipelajarinya dan kontribusi apa yang telah diberikan ke sekelilingnya,maaf memaafkan menjadi kepedulian utama, ybs menyadari ini merupakan aspek penting untuk mengatasi masalah yang tidak dapat diselesaikan.
3.    Yang bersangkutan  memulai proses dengan menyatakan selamat berpisah kepada semua aspek kehidupan. Melepaskannya satu persatu pada waktu yang.

Banyak masalah legal melingkupi peristiwa kematian, meliputi definisi dasar dari titik yang aktual dimana seseorang dipertimbangkan meninggal. Hukum mengidentifikasi kematian terjadi ketika ada penurunan fungsi otak yang hebat, selain fungsi organ yang lainnya. Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencoba menyalamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan perawatan versus penyembuhan. Pada situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal yang khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang yang meninggal secara bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang meninggal dapat membahayakan emosional bagi orang yang selamat. Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegangkan. Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang jal dan mengintervensi dalam cara meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respek dan perghatian                              ( nursemuslim.wordpress.com ).

B.   Tujuan Perawatan Terminal Ilness.
Adapun tujuan dari perawatan terminal illness antara lain :
1.    Mempertahankan pasien yang nyaman dan bebas dari nyeri.
2.    Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga, dengan sedikit mungkin penderitan.
3.    Membantu pasien meninggal dengan damai.
4.    Memberikan kenyamanan bagi keluarga.

BAB II

PEMBAHASAN

PERAWATAN TERMINAL ILLNESS

 

A.   Pengertian
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
B.   Kondisi Terminal.

Suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 bulan atau kurang.

C.    Problem yang berkaitan dengan The Dying/sekarat.

1.    Problem fisik, berkaitan dengan kondisi /penyakit terminalnya : nyeri, perubahan berbagai fungsi sistem tubuh, perubahan tampilan fisik
2.    Problem psikologis, Ketidak berdayaan : kehilangan kontrol, ketergantungan, kehilangan diri dan harapan
3.    Problem social, Isolasi dan keterasingan, perpisahan
4.      Problem spiritual, faith ,hope, fear of unknown
5.    Ketidaksesuaian, antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat ( franciscasri.wordpress.com ).

D.   Tahapan Respon Klien terhadap Dying Process/ Proses Sekarat              ( Kubler – Ross,1969 )

1.    Denial – penolakan
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi/ sedang terjadi. Yang bersangkutan  tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya. Denial berfungsi sebagai buffer setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan. Ini memungkinkan bagi pasien untuk membenahi diri.
2.    Anger – marah
Fase marah terjadi saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga/orang terdekat oleh karena dapat terpicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa marah ini sering terjadi karena rasa tidak berdaya ,bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja tetapi umumnya terarah kepada orang-orang yang secara emosional punya kedekatan hubungan
3.    Bargaining – tawar menawar
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan Tuhan agar terhindar dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara terbuka.Secara psikologis tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu
4.    Depression – kesedihan mendalam
Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat kehilangan ( past loss & impending loss ), ekspresi kesedihan ini – verbal/non verbal merupakan persiapan terhadap kehilangan/perpisahan abadi dengan apapun dan siapapun.
5.    Acceptance – menerima
Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima keadaannya, yang bersangkutan mulai kehilangan interest dengan lingkungannya, dapat menemukan kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan panjang ( franciscasri.wordpress.com ).

E.     Tingkat Kesadaran (State of awareness)
Tingkat kesadaran terhadap kondisi terminal, baik dari sisi pasien atau keluarga harus dikaji untuk menentukan bagaimana perawat harus berkomunikasi dengan pasien dan keluarga .Tingkat kesadaran ini meliputi :
1.    Clossed Awareness( Kesadaran Tertutup )
Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh
2.    Mutual Pretense.
Dalam hal ini klien,keluarga,team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang dihadapi klien. Ini berat bagi klien karena tdk dapat mengekspresikan ketakutannya
3.    Open Awareness ( Kesadaran Terbuka )
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa ia berada diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap ini klien dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan ( franciscasri.wordpress.com ).








F.    Asuhan Keperawatan Dalam Pendampingan Klien Diambang Kematian (Care Of The Dying)


1.    Tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal.
Secara umum tujuan perawatan klien dengan kondisi terminal adalah
a.    Menghilangkan/ mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi
b.    Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna
c.    Membantu klien menerima rasa kehilangan
d.      Membantu kenyamanan fisik “ Mempertahankan harapan” (faith and hope.
2.    Intervensi Keperawatan
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien yang sedang dalam keadaan terminal, perawat harus memperhatikan hak-hak pasien berikut ini:
·        Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba,
·        Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi,
·        Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya, apapun yang terjadi,
·        Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang sedang dihadapinya,
·         Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatan,
·        Hak memperoleh perhatian dalam{ pengobatan dan perawatan secara berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman,
·        Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian,
·        Hak untuk bebas dari rasa sakit,
·        Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur,
·        Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya,
·        Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat,
·        Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut,
·        Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi orang lain,
·        Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang bersangkutan meninggal,
·        Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam menghadapi kematian ( nursemuslim.wordpress.com ).

a.    Intervensi keperawatan pada respon pasien
1)      Tahap Denial.
Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi klien untuk melihat kebenaran. Bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi kondisi antara lain  melalui second opinion
2)      Tahap Anger.
Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan dan ketidakberdayaan..siapkan bantuan berkesinambungan agar klien merasa aman
3)    Tahap Bargaining.
Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.. Bargaining sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhapap bayang-bayang dosa masa lalu. Bantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang dirasakan apabila perlu refer ke pemuka agama untuk pendampingan
4)    Tahap Depresi.
Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan kesedihannya. Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar
5)    Tahap Menerima.
Klien merasa damai dan tenang dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna (self worth) berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu dilakukan dengan pendampingan fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan abadi.

b.    Meredakan Nyeri Orang Yang Menjelang Ajal

                  Pada pasien yang berada pada tahap akhir penyakit, penting untuk mengingat bahwa salah satu tujuan utama keperawatan adalah menghilangkan atau meredakan penderitaan. Pedoman berikut akan membantu :
1)    Selalu percaya apa yang pasien katakan tentang nyeri mereka. Jangan pernah membuat keputusan anda sendiri tentang seberapa nyeri yang mereka rasakan.
2)    Banyak pasien takut bahwa mereka akan meninggal dalam pederitaan yang dalam. Bersikap baik ketika orang mengekspresikan atau menunjukkan rasa takut. Tenangkan mereka dan beritahu mereka bahwa anda dapat merawat nyeri tersebut dan bahwa mereka tidak perlu merasa takut.
3)    Berikan dosis medikasi nyeri yang memberikan pengendalian nyeri paling besar dengan efek samping paling kecil.
4)    Berikan pereda obat nyeri sepanjang siang dan malam hari ( dua puluh empat jam ) untuk meyakinkan bahwa pasien mendapatkan peredaan nyeri yang cukup.
5)    Obat nyeri paling baik untuk pasien menjelang ajal adalah morfin. Dosis morfin dapat ditingkatkan sesuai dengan meningkatnya toleransi pasien dan menurunnya efektivitas obat.
6)    Memberikan beberapa obat secara bersamaan (dalam kombinasi) akan meningkatkan efektifitas obat. misalnya obat anti-inflamasi non-steroid meningkatkan keefektifan opioid seperti morfin.
7)    Gunakan rute paling sederhana untuk memberikan obat, berikan peroral selama pasien dapat menelan. Jika pasie tidak dapat menelan, bolus opioid berulang dapat diberikan di bawah kulit (rute subkutan).
8)    Gunakan cara lain untuk mengendalikan nyeri, termsauk masase, musik, dan memposisikan pasien dengan nyaman. Kadang bantalan panas atau botl air panas berguna untuk mengatasi nyeri.
9)    Prediksi terhadap medikasi tidak pernah menjadi masalah yang penting untuk pasien menjelang ajal.
10)    Penurunan pernapasan (depresi pernapasan) tidak penting untuk pasien menjelang ajal.

c.    Pertahankan Kenyamanan Pasien
1)    Pasien mungkin menderita ketidaknyamanan lain, sebagian karena medikasi nyeri.
2)    Bila pasien konstipasi, Laksatif  mungkin membantu. Juga dorong pasien untuk meminum jus buah.
3)    Sebanyak mungkin, beri pasien diet tinggi kalori dan tinggi vitamin. Jangan paksa pasie untuk makan. Pasien harus makan hanya makanan yang dia ingin makan.
4)    Dorong pasien untuk minum cairan.
5)    Pertahankan pasien bersih; mandikan dengan sering, beri perawatan mulut bila mulut kering, dan bersihkan kelopak mata bila ada sekresi.
6)    Bantu pasien turun dari tempat tidur dan duduk di kursi bila Ia mampu. Jika tidak, ganti posisi setiap dua jam dan coba untuk mempertahankan pasien dalam posisi apapun yang paling nyaman.
7)    Jika pasien mengalami kesulitan bernapas, Bantu ia duduk.
8)    Jika jalan napas tersumbat, Anda mungkin perlu melakukan penghisapan pada tenggoroka pasien.
9)    Jika pasien merasakan napas pendek atau kekurangan udara, berikan oksigen.
10)      Bahkan ketika pasien hampir meninggal, mereka dapat mendengar, sehingga jangan berbicara dengan berbisik, tapi bicaralah dengan jelas. Pasien juga masih merasakan sentuhan anda.

d.    Membantu Pasien Meninggal Dengan Damai

Penting untuk menanyakan kepada pasien dan keluarga apakah pasien ingin tinggal di rumah sakit atau pulang untuk hari terkhirnya. Kadang keluarga tidak dapat merawat pasien di rumah, tetapi itu merupakan pilihan. Bila pasien ingin pulang, ajarkan keluarga  bagaimana merawat pasien. Terutama, tunjukkan pada keluarga cara memberikan obat untuk nyeri. Yakinkan bahwa mereka memahami bahwa sangat penting memberikan obat dalam dosis dan waktu yang tepat. Juga jelaskan pada mereka bagaimana membuat pasien nyaman, seperti disebutkan di atas.

1)    Bila pasien tinggal di rumah sakit, cobalah sebanyak mungkin untuk melakukan apa yang diinginkan pasien dan keluarga. Penting untuk memberikan kenyamanan fisik. Juga penting untuk membuat pasien merasa aman sampai tenang terhadap rasa takut, dan memberi pasien harapan.
2)    Buat pasien merasa aman dan terlindungi dengan menunjukkan bahwa ia akan dirawat, dan tidak akan ditinggalkan sendiri.
3)    Tenangkan rasa takut dengan meyakinkan pasien bahwa ia akan dirawat, dan tidak akan ditinggalkan sendiri.
4)    Berikan harapan, jangan memberikan keyakinan palsu. Berikan target yang lebih kecil. Bicara tentang kebaikan di masa yang akan datang, atau mengingatkan bahwa anak-anaknya akan segera berkunjung.
5)    Bila pasien memiliki urusan yang belum selesai, berikan bantuan apa yang ia lakukan. Pasien mungkin perlu bantuan dalam mengatur anak-anak atau rumahnya.
6)    Berikan perawatan spiritual bila pasien menginginkan, atau berbicara kepada keluarga untuk memanggil rohaniawan berkunjung.
7)    Lebih dari semua itu, hargai keputusan pasien. Terima perasan pasien, bila ia tidak ingin makan, atau turun dari tempat tidur, atau membalikkan badan di tempat tidur, terima hal ini. Dengarkan  dan biarkan pasien bicara tentang bagaimana perasaannya. Bila pasien atau keluarga marah, coba untuk menerimanya.
8)    Permudah bagi keluarga untuk tinggal dengan pasien sebanyak mungkin yang mereka inginkan. Tunjukkan pada mereka bagaimana merawat pasien dan mempertahankan pasien tetap nyaman dan bersih.
9)    Pertahankan keluarga untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana perasaan pasien. Ketika kematian mendekat, biarkan mereka mengetahui, sehingga mereka dapat bersama pasien pada saat kematian bila mereka menginginkan.
e.    Pencegahan Kesepian dan Isolasi.
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelang ajal tidak harus secara rutin ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat jauh. Klien merasakan keterlibatan ketika dirawat bersama dan memperhatikan aktivitas perawat. Klien menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama pada malam hari dan mungkin merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya di smping tempat tidur. Perawat harus mengetahui cara menghubungi kondisi anggota keluarga jika kunjungan diperlukan atau kondisi klien memburuk. Klien harus ditemani oleh seseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak boleh merasa bersalah jika tidak dapat selalu memberikan dukungan ini. Perawat harus mencoba untuk berada bersama klien menjelang kematian ketika diperlukan dan memperlihatkan perhatian dan keharuan
f.     Peningkatan Ketenangan Spiritual.
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjungan rohaniawan. Perawat dapat memberi dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan. Perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien, membaca literatur yang memberi inspirasi, dan memainkan musik.
g.    Dukungan untuk Keluarga yang Berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia untuk memberikan dukungan. Perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal
h.    Perawatan Setelah Kematian.
1)    Bila keluarga ada pada saat kematian, biarkan mereka tinggal bersama pasien setelah kematian. Untuk mengucapkan perpisahan.
2)    Jika keluarga tidak ada, tetapi ingin melihat jenazah setelah kematian, buat jenazah terlihat sealamiah mungkin. Buat lingkungan bersih. Penting untuk melakukan ini dengan segera, karena mayat akan mulai kaku (rigor mortis) kira-kira dua sampai empat jam setelah kematian.
3)    Tempatkan jenazah dalam posisi datar, lengan pada sisi tubuh. Tempatkan banal atau gulungan handuk di bawah kepala sehingga darah tidak mengubah warna wajah. Tutup kelopak mata selama beberapa detik sehingga mata tetap menutup. Tutup mulut. Bersihkan daerah yang kotor. Singkirkan semua peralatan dan bahan yang dipakai dari tempt tidur.
4)    Tenangkan keluarga dan biarkan mereka berduka.



DAFTAR PUSTAKA

Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co.

Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication.

Kircher & Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness in the Terminally Ill,Connecticut :www.iands org.

Kozier & Erb (1991),Fundamentals of Nursing,vol.II, 4th ed.,California : Addison-Wisley Publishing Co.

Legislature of the State Of Arizona,Medical treatment;Terminal Illness,HB 2001-432R-1 Ver,ALIS onlineNorthern Territory of Australia (1997),Right of the Terminally Ill Act

Pattison,Mansell (1977), The Experience of Dying, Englewood Cliffs:Prentice- Hall Inc.

WHO. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
www.growthhouse.org, Grief,anger and loss : Improving care of the Dying.

http://franciscasri.wordpress.com/ Asuhan Keperawatan dalam Pendampingan Klien diambang Kematian (Care of the Dying)

http://nursemuslim.wordpress.com/2008/11/30/ peran perawat dalam dying proses klien terminal.
http://heelya102.wordpress.com/2009/05/01/asuhan-keperawatan-anak-dengan-penyakit-terminal,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar